Dalam Dealing with konflik ataupun menganalisis konflik ada beberapa dimensi teori yang menurut Hugh Miall dapat digunakan untuk menganlisis suatu konflik sehingga dapat ditemukan suatu respon yang sesuai dengan konflik yang terjadi,teori-teori tersebut sedapat mungkin digunakan untuk dapat meminimalisir konflik yang terjadi.
Teori-teori dalam transformasi Konflik
Menurut Hugh Miall dalam menganalisis suatu konflik ada tiga teori yang dapat digunakan antara lain :
1.Managemen Conflict
2.Conflict Resolution
3.Conflict Tranformation
nah berikut ini deskripsi singkatnya mengenai ketiga teori tersebut :
1. Management Conflict
Management conflict adalah teori yang melihat konflik kekerasan sebagai konsekuensi yang tidak dapat dihilangkan sebagai akibat dari adanya perbedaan nilai-nilai dan kepentingan diantara komunitas masyarakat.menurut teori ini pula kecenderungan kekerasan ini akibat dari adanya intitusi dan juga hubungan historycal(sejarah) dalam mendirikan ataupun mengembangkan distribution of power(distribusi kekuassan) menurut teori ini memecahkan ataupun menyelesaikan conflict adalah ini adalah sesuatu yang unrealistic sehingga hal terbaik yang dapat dilakukan adalah mengelolahnya(manage) dan mempertahankannya dengan cara mengetahuinya.manajemen konflik adalah suatu seni dimana intervensi yang tepat dapat dilakukan untuk mencapai penyelesaian-penyelesaian politik.terutama sekali bagi aktor-aktor yang memiliki kekuasaan dan sumber daya untuk memberikan tekanan pada konflik yang sedang terjadi dengan tujuan agar para pihak-pihak yang sedang berkonflik dapat di ajak untuk menyelesaikan konflik tersebut.ini pula merupakan salah satu seni untuk mendesain intitusi yang tepat sehingga dapat menuntun konflik yang tidak dapat dihindarkan pada jalur yang tepat.Menurut Bloomfield and Reilly :
Conflict management is the positive and constructive handling of difference and
divergence. Rather than advocating methods for removing conflict, addresses the more
realistic question of managing conflict: how to deal with it in a constructive way, how to bring
opposing sides together in a cooperative process, how to design a practical, achievable,
cooperative system for the constructive management of difference (Bloomfield and Reilly
1998, 18).
divergence. Rather than advocating methods for removing conflict, addresses the more
realistic question of managing conflict: how to deal with it in a constructive way, how to bring
opposing sides together in a cooperative process, how to design a practical, achievable,
cooperative system for the constructive management of difference (Bloomfield and Reilly
1998, 18).
Menurut Bloomfield and Reilly manajemen konlik adalah penanganan konflik yang positif dan konstruktif terhadap perbedaan dan perbedaan pendapat dari pada menyokong agar konflik tersebut di hilangkan.menghadapi pertanyaan yang lebih realistik untuk mengelolah konflik : seperti bagaimana cara berurusan dengan cara atapun jalan yang lebih konstruktif(membangun),bagaimana membawa pihak-pihak yang sedang bertiga agar bersama melalui proses kerjasama ,bagaimana mendesain sesuatu yang praktikal,terjangkau,sistem bekerjasama untuk mengelolah konstruktif dalam berbagai perbedaan.
2. Conflict resolution theorists
Conflict resolution theorists atau teori resolusi konflik,teori ini berlawanan dengan teori manajemen konflik,teori ini menolak adanya kekuatan politik dalam memandang suatu konflik,teori ini memandang bahwa dalam konflik communal dan identitas masyarakat tidak dapat berkompromi mengenai sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan mendasar(fundamental needs).bagaimanapun juga mereka berpendapat bahwa sangat mungkin untuk mentrasend suatu konflik jika pihak-pihak(yang berkonflik) di bantu untuk mengeksplorasi,menganalisa,bertanya mengenai posisi dan kepentingan mereka.oleh karena itu resolusi konflik menekankan adanya intervensi dari para pihak ketiga yang mempunyai ketrampilan walaupun tidak berkuasa dan bekerja secara tidak resmi dengan pihak-pihak yang berkonflik untuk membantu perkembangan dengan memberikan pemikiran-pemikiran baru dan hubungan yang baru.mereka mencari untuk mengekplorasi apa sebenarnya yang menjadi akar konflik tersebut dan untuk mengidentifikasi solusi kreatif yang luput dari pihak-pihak ini sehingga mereka dapat memikirkan untuk berpinda posisi bersam kubu-kubunya.resolusi konflik berbicara mengenai bagaimana pihak-pihak dapat berpindah dari zero zum ,dari pola yanf bersifat merusak kepada hasil yang bersifat positif.tujuannya adalah untuk mengembangkan proses resolusi konflik yang kelihatan dapat diterimah oleh pihak-pihak yang bermasalah dan efektif untuk memecahkan masalah tersbut.(Azar and Burton 1986, 1 di kutip dari File PDF Hugh Mia ll hal.4).
3.Conflict transformation theorist
Conflict transformation theorist atau teori transformasi konflik,menurut teori ini konflik yang kontemporer memerlukan lebih dari sekedar membingkai posisi dan mengidentifikasi hasil yang sama-sama menguntungkan kedua belah pihak,sangat terstruktur pihak-pihak yang berhubungan didalam suatu pola yang konfliktual yang memperpajang melebihi fakta-fakta terkait konflik tersebut.transformasi konflik adalah sebuah proses melibatkan dengan transformasi hubungan,diskursus,kepentingan dan jika perlu ada konstitusi dalam masyarakat yang dibuat untuk mendukung konflik kekerasan yang berkelanjutan.konflik yang bersifat konstruktif terlihat sebagai suatu agen vital atau katalisator untuk perubahan.
Menurut Lederach :
Conflict transformation must actively envision, include, respect, and promote the
human and cultural resources from within a given setting. This involves a new set of lenses
through which we do not primarily ‚see‘ the setting and the people in it as the ‚problem‘ and
the outsider as the ‚answer‘. Rather, we understand the long-term goal of transformation as
validating and building on people and resources within the setting (Lederach 1995, File PDF Hugh Mia ll hal.4).
human and cultural resources from within a given setting. This involves a new set of lenses
through which we do not primarily ‚see‘ the setting and the people in it as the ‚problem‘ and
the outsider as the ‚answer‘. Rather, we understand the long-term goal of transformation as
validating and building on people and resources within the setting (Lederach 1995, File PDF Hugh Mia ll hal.4).
Menurutnya transformasi konflik harus aktiv dalam melihat kedepan,termasuk menghargai dan mempromosikan sumber daya manuisa,budaya dari sesuatu yang telah atur.ini melibatkan suatu aturan yang dapat dipakai untuk menganalisis dengan melihat pengaturan dan orang-orang yang didalamnya sebagai masalah dan yang diluar sebagai jawaban dari pada kita mengerti pengistilahan yang panjang dengan tujuan untuk mentransformasi sebagai validitas dan bangunan masyarakt seta sumber-sumber dalam pengaturanx.
demikian tiga teori yang dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisis or dealing with conflict,